SAJAK JOGJA I
Untuk Ibu yang selalu menghawatirkanku
Sepenggal jogja
Begitulah..
Sebuah ironi yang bernama Jogja
Menimbulkan harapan tanpa menyadari kalkulasinya
Sebuah imaji yang teraniaya
Meninggalkan sebuah luka dihatinya
Seperti meraih bulan
Selalu berkata “tak akan mungkin”
Aku menginginkannya,Bu..
Menginginkan Jogja
Bolehkah sekali lagi aku meminta padamu, Bu ?
Membiarkan aku mengejar hidupku…
Aku disini, Bu…
Begitu panas dan gerahnya hari
Tapi kusongsong terus, tanpa jeda
Hatiku ini berdarah..
Aku begini,Bu…
Menjala mimpi..
Begitu dingin malam ini
Dan masih terjaga menunggu restu darimu
Menjadi apa yang kau minta
Ya Bu..
Aku ini Cuma pandai berjanji
Bahkan ber-imaji
Namun untuk meraihnya aku tak berani
Hanya sebatas ironi..
Nganjuk , 19 Nov 2010
SAJAK JOGJA II
Untuk ayah yang tak merestuiku
Jogja lagi ,Pa,,,
Jogja lagi…
Nama Jogja itu,
Kembali ku ukir bersama batu pantai parangtritis
Turun sejenak ke malioboro
Atau sekedar menelusuri relung-relung kota
Tersenyum puas diantara gedung tua
Inilah…
Tapi kau menyadarkanku lagi,Pa..
Menyadarkanku dari lamunan yang belakangan ini menjadi daya tarikku
Kenapa Pa ?
Kau tak membolehkan aku walau hanya sekedar menghayal..
Tak terbatas Pa imajiku tentang jogja,
Tapi sekali lagi kau menghempaskannya..
Kau tahu Pa ?
Cintaku pada jogja,
Adalah sebuah kegelisahan dan kerinduan
Seperti pada tanah kelahiran yang lama tak ku pijak
Ada perasaan mendalam yang tertinggal
Tapi hanya bisa berharap,
Hanya bias berdoa,
Yakin jika Tuhan masih mendengar inginku…
Ironi yang telah kuciptakan ini
Melebur menjadi asa yang tertinggal
Anakmu menginginkannya,Pa…
Ada seseorang disana yang menantiku
Ada seseorang disana yang menungguku
Barangkali sekarang ia termenung sendiri
Atau terduduk didalam sepi..
Di sudut malioboro…
Nganjuk , 18 november 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar