Berikut adalah benda yang palling berharga dalam hidupku
selama beberapa bulan belakangan ini :
- handphone
- laptop
Kedua benda tersebut sangat berharga, khususnya semenjak aku
berada jauh dari rumah dan harus survive setiap minggunya ini. sampai-sampai
aku tak pernah meninggalkan keduanya dalam setiap rutinitas membosankanku.
Laptop, mungkin teman bicara searahku yang paling setia.
Ketika tak ada seorangpun yang akan mengerti perasaanku. Daripada aku mengoceh
pada mereka dan mereka bilang “aku mengerti perasaanmu..”, tapi sebenarnya
tidak, mereka tidak akan pernah mengerti. Maka Laptop putih inilah yang
menampung segalanya. Bahkan tulisan-tulisanku yang sebegitu banyak, dan pernah
kujanjikan pada diriku sendiri akan mengirimkannya ke majalah, atau mading kampus,
pun ditampungnya hingga berjejalan di folder-folderku. Dengan nama beragam dan
menunggu untuk diterbitkan oleh sang empunya.
Suatu waktu, seorang teman menanyakan padaku kenapa aku
mendedikasikan tempat pertama untuk handphone. Absolutely karena memang itulah yang terpenting. Ini bukan
berkaitan dengan update status di beberapa accountku, bukan. Tapi lebih pada
fungsi mendasarnya, untuk komunikasiku. Untuk suatu hal yang memang layak
dinomorsatukan.
Dan ketika ia bertanya apa aku bisa hidup tanpa handphone,
dengan yakin kujawab “iya”.
Aku pasti bisa hidup tanpa handphone. Toh sebelum ibuku
memberiku handphone untuk hadiah ulang tahunku yang ke 12, aku juga sudah bisa
hidup jauh-jauh hari sebelumnya.
Hanya saja, aku tak bisa menjalani hidupku seperti sewajarnya.
Kenapa?
Aku punya seseorang, yang menunggu dengan setia kabar dariku
di seberang sana,
Bermilyar jengkal jauhnya,
Yang mungkin sekarang sedang memikirkanku,
Apa aku sudah makan atau belum,
Makanan apa yang seharian ini aku makan, karena dia tau kalau
banyak makanan yang bisa membuat wajahku lebam-lebam .
Apa aku tidur dengan cukup, sehingga sakit kepalaku ini
tidak kambuh lagi.
Bagaimana aku mengerjakan UASku besok jika aku tidak
belajar, pasti dia akan memberikan petuah tentang itu.
Memastikan kalau persediaan Paracetamolku masih ada, karena
sewaktu-waktu suhu tubuhku bisa meningkat drastis.
Menanyakan kabar sholat-sholatku, dia selalu memastikan
kalau aku selalu memelihari kelima sholatku dengan mengirimiku pesan “sholat
dulu, jelek” pada setiap jam-jam tertentu.
Saat senja, ia selalu memberitahuku bahwa senjanya itu masih
jingga, masih indah dan masih tetap untukku.
Menanyakan sudah berapa kali aku bolos kuliah minggu ini,
Karena jarak, karena kami tidak seperti yang lain, yang bisa
selalu bersama, karena surabaya-kediri itu.
Handphonelah satu-satunya media yang ada, yang mempersatukan
kami dalam jarak ini.
setidaknya setelah ia menonaktifkan accountnya.
terkadang, benda matipun bisa menjadi teman setia, melebihi yang hidup.
Benda-benda ini, tak pernah mengabarkan apapun yang kesampaikan padanya, tentu saja, karena ia mati.
yang hidup, malah seringnya menyebarkan aib, memprotes apa yang kukatakan padahal demi kebaikannya.
benda mati ini, TAK PERNAH MENGHIANATIKU .
sumpah, bahasane keduwuren -_-
BalasHapusmasa? perasaan ngga deh :D
Hapusi write what I feel. saya tulis gitu aja, karena emang itu yg ada dipikiran. after all, vocab.mu kurang iku wah. haha