Rabu, 25 Juli 2012

Filosofi Handphone dan PC


Berikut adalah benda yang palling berharga dalam hidupku selama beberapa bulan belakangan ini :
- handphone
- laptop


Kedua benda tersebut sangat berharga, khususnya semenjak aku berada jauh dari rumah dan harus survive setiap minggunya ini. sampai-sampai aku tak pernah meninggalkan keduanya dalam setiap rutinitas membosankanku. 

Laptop, mungkin teman bicara searahku yang paling setia. Ketika tak ada seorangpun yang akan mengerti perasaanku. Daripada aku mengoceh pada mereka dan mereka bilang “aku mengerti perasaanmu..”, tapi sebenarnya tidak, mereka tidak akan pernah mengerti. Maka Laptop putih inilah yang menampung segalanya. Bahkan tulisan-tulisanku yang sebegitu banyak, dan pernah kujanjikan pada diriku sendiri akan mengirimkannya ke majalah, atau mading kampus, pun ditampungnya hingga berjejalan di folder-folderku. Dengan nama beragam dan menunggu untuk diterbitkan oleh sang empunya.

Suatu waktu, seorang teman menanyakan padaku kenapa aku mendedikasikan tempat pertama untuk handphone. Absolutely karena memang itulah yang terpenting. Ini bukan berkaitan dengan update status di beberapa accountku, bukan. Tapi lebih pada fungsi mendasarnya, untuk komunikasiku. Untuk suatu hal yang memang layak dinomorsatukan.

Dan ketika ia bertanya apa aku bisa hidup tanpa handphone, dengan yakin kujawab “iya”.
Aku pasti bisa hidup tanpa handphone. Toh sebelum ibuku memberiku handphone untuk hadiah ulang tahunku yang ke 12, aku juga sudah bisa hidup jauh-jauh hari sebelumnya.
Hanya saja, aku tak bisa menjalani hidupku seperti sewajarnya.

Kenapa?

Aku punya seseorang, yang menunggu dengan setia kabar dariku di seberang sana,
Bermilyar jengkal jauhnya,
Yang mungkin sekarang sedang memikirkanku,
Apa aku sudah makan atau belum,
Makanan apa yang seharian ini aku makan, karena dia tau kalau banyak makanan yang bisa membuat wajahku lebam-lebam .
Apa aku tidur dengan cukup, sehingga sakit kepalaku ini tidak kambuh lagi.
Bagaimana aku mengerjakan UASku besok jika aku tidak belajar, pasti dia akan memberikan petuah tentang itu.
Memastikan kalau persediaan Paracetamolku masih ada, karena sewaktu-waktu suhu tubuhku bisa meningkat drastis.
Menanyakan kabar sholat-sholatku, dia selalu memastikan kalau aku selalu memelihari kelima sholatku dengan mengirimiku pesan “sholat dulu, jelek” pada setiap jam-jam tertentu.
Saat senja, ia selalu memberitahuku bahwa senjanya itu masih jingga, masih indah dan masih tetap untukku.
Menanyakan sudah berapa kali aku bolos kuliah minggu ini,
Semuanya, semua yang ia ingin tau..


Karena jarak, karena kami tidak seperti yang lain, yang bisa selalu bersama, karena surabaya-kediri itu.
Handphonelah satu-satunya media yang ada, yang mempersatukan kami dalam jarak ini.
setidaknya setelah ia menonaktifkan accountnya. 
terkadang, benda matipun bisa menjadi teman setia, melebihi yang hidup.
Benda-benda ini, tak pernah mengabarkan apapun yang kesampaikan padanya, tentu saja, karena ia mati.
yang hidup, malah seringnya menyebarkan aib, memprotes apa yang kukatakan padahal demi kebaikannya.
benda mati ini, TAK PERNAH MENGHIANATIKU .

2 komentar:

  1. sumpah, bahasane keduwuren -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. masa? perasaan ngga deh :D
      i write what I feel. saya tulis gitu aja, karena emang itu yg ada dipikiran. after all, vocab.mu kurang iku wah. haha

      Hapus