Kamis, 10 November 2011

cerpen : THE REASON part 1



Halohaa..
Ini dia cerbungku , akhirnya jadi jugag (¬¸¬)
Well , ngga tau bagus ato ngga deeh .
Er-tetap berharap semoga baguss J
Baru pertama bikin cerbung . hehe
Comment yaah , sembari saya menyiapkan diri menerima bad comment. kekeke
Okeeh , cekidott ==è


--THE REASON—

Niko Prianka!! Sosok itu kembali tertangkap kornea mataku pagi ini.
Kalau saja aku tahu dia sedang menunaikan hasrat tidurnya di perpustakaan,aku tak akan sudi menyambangi tempat itu.
Entah,seberapa besar rasa benciku pada laki-laki pendiam itu.
Rasa benci yang berawal dari rasa cinta yang teramat,namun dihempaskannya begitu saja setelah janji-janji yang baru kusadari ternyata palsu.
Aku mencomot beberapa buku dari rak sambil sesekali melirik ke tempat dimana Niko berada. Bergegas ke meja petugas perpustakaan untuk mengisi data dan memilih untuk segera hengkang dari tempat itu. Ku sambar tas yang tadi ku letakkan di atas rak buku yang kosong.
Membawa setumpuk buku yang cukup tebal,ternyata membuatku kewalahan.
Sedikit kusesali kenapa jarak antara perpustakaan dengan ruang kantor cukup jauh.
Sepanjang langkah,aku terus meyakinkan pada diriku sendiri untuk melupakan Niko,Playboy cap ikan teri itu.
Sebelumnya,ada niat untuk meminta maaf pada Niko karena selama ini aku tak bisa menjadi yang terbaik untuk Niko. Namun,logika yang bermain dalam diriku ternyata lebih kuat daripada perasaan.
Laki-laki bodoh,bagaimana mungkin ia begitu mudahnya menyia-nyiakan gadis sepertiku ini?? Bahkan aku terlalu baik untuknya,kataku dalam hati sambil tersenyum sinis.
Namun sedetik kemudian bibirku melengkung kebawah karena menyadari kalau aku masih mencintainya . Tak kutahu arti benci yang sesungguhnya dari Niko .
Aku kembali menunduk menahan perih didadaku yang selalu datang ketika mengingatnya , sambil mempercepat langkahku mengingat sebentar lagi pasti bel masuk berbunyi.
BRUAAKKK.!!!
AUW!! Jeritku kesakitan ketika salah satu buku yang ku bawa jatuh mengenai kepalaku,seketika tumpukan buku berserakan dan berdebum dilantai,tanpa sengaja aku bertubrukan dengan sosok jangkung yang hanya ku lihat sekilas dan mengalihkan perhatianku pada buku-buku yang berserakan.
Aku segera berlutut mengambil buku-buku yang terjatuh sambil mendengus sebal. Seseorang didepanku mengulurkan tangannya,aku mendongak kearah sang empunya tangan.
Sejenak aku memperhatikan laki-laki di depanku itu dengan tatapan marah.
“Heh..kalo jalan pake’ mata donk!!” bentakku sembari bangkit tanpa menerima pertolongannya.
Dia melihatku bingung. Lalu tersenyum penuh arti.
“Nona manis….jalan itu pake kaki” katanya sambil menunjuk kakinya.
“bukan pake’ mata..” lanjutnya dan mengalihkan telunjukknya kearah mataku.
“Gila !!” semburku sambil berlalu meninggalkan laki-laki yang baru sekali kutemui itu.

_________
Aku meletakkan buku-buku yang kubawa dari perpus ke meja pak Edwin,guru bahasa inggrisku,yang menobatkanku sebagai assistennya.
“Rena,thanks ya bukunya.” Kata pak Edwin yang tiba-tiba muncul dari pintu kantor. Di sampingnya berdiri dengan gayanya seorang laki-laki.
Dan WHAT???? Cowok super nyebelin yang telah berhasil membuat jidatku memar karena dihantam buku seberat hampir setengah kilogram itu??
Dia melotot kearahku.
“Rena,saya minta bantuan kamu lagi ya.” Kata Pak Edwin dengan tampang sok manis yang membuatku hampir tersedak ludahku sendiri.
Apapun yang dia minta,firasatku mengatakan kalau itu sebuah musibah.
‘Tolong antarkan Raka ke kelas atau keliling sekolah ya?Dia siswa baru disini. saya ada rapat,jadi tidak bisa mengantarkannya”
Hah,benar. Dan aku terpaksa harus menganggukkan kepalaku karena tak ada pilihan lain.
“Makasih ya” kata pak Edwin tanpa rasa bersalah. Dan ia meninggalkan aku dan cowok yang ternyata bernama Raka ini begitu saja diruang kantor yang mulai sepi.
Tanpa berkata,aku melangkah keluar kantor.
“Hey”  panggil Raka ringan.
“Jadi..jadi nama kamu tu Rena ya?” ujar Raka ramah.
Aku melengos,mengabaikan cowok yang sudah merusak pagiku itu.
‘’ kamu kelas berapa? “ masih dengan ramahnya ia bertanya.
“ aku IPS  lho “  lanjutnya.
Aku mempercepat langkahku sambil mendengus sebal saat tersadar bahwa cowok nyebelin itu ternyata cukup cerewet.
“eh,eh…Kamu harus jalanin tugas kamu” ia berjalan setengah berlari berusaha menjajari langkahku.
Aku mempercepat langkah namun segera saja terhenti karena Raka berhasil mencekal tanganku.
“ogah” ujarku galak sambil ku tepis tangannya.
“Gimana kalo aku kesasar”  sahut Raka dengan muka sok melas.
“Biarin”
“kamu tu ya,jutek banget sih. Lagi dapet ya?” nada Raka terdengar mengejek.
Aku membelalakkan mata.
Mendadak kuhentikan langkahku sambil menarik nafas panjang. Ingin kupertegas ekspresi kesalku karena terus dibuntuti olehnya.
“heh..kamu tu ya” sadar kalau berdebat dengannya tak ada artinya,
Aku segera berlari meninggalkan Raka yang sengaja tidak mengejar lagi.
Namun sebelum aku terlalu jauh,dia berteriak keras kearahku.
“cewek jutek,kelas Tiga IPS satu mana?” tanyanya setengah berteriak dari tempatnya berdiri.
Aku menghentikan langkahku,”kamu lurus,ke kiri,sebelahnya ruang pertemuan”
Jawabku setengah berteriak juga.
Aku membalikkan badan. Tersenyum penuh arti,mengingat bahwa arah yang aku tunjukan bukan kelas yang ia maksud.
“Im’ the winner”.
Kataku penuh kemenangan.

________

Mendung sekali hari ini,sepertinya dewa Neptunus sudah mempersiapkan tongkatnya untuk menurunkan hujan ke bumi.
Aku duduk di bangku depan kelas,menyipitkan mataku memandang langit.
Suara riuh dari dalam kelas terdengar hingga keluar,anak-anak bertingkah liar disana. Berlari-lari dalam kelas,bahkan Ciko,teman sekelasku yang kurasa ada gangguan kejiwaan pada dirinya, membuat origami pesawat terbang dan menerbangkannya tepat di wajah anak-anak yang lain.
Aku tak begitu memperdulikan huru-hara dikelasku itu,kupilih untuk membaca buku dan menghindar dari kerumunan anak-anak disfungsisosial itu sambil menunggu guruku datang.
“Rena..ayo masuk kelas” suara bu Ine mengejutkanku.
“iya Bu” kataku sambil melirik cowok yang berdiri di samping bu Ine.
Oh Neptunuss…itu Raka!! Cowok jayus itu.
Wajahnya terlihat terkejut melihatku.
        “Hey kamu kan yang tadi..” telunjuknya tepat diwajahku.
Tak mau berurusan dengannya , aku memilih hengkang daru situ. Tapi dia segera menyusulku dan menghadang langkahku.
        “Dan gara-gara kamu , aku kesasar ke toilet . Tadi kamu ngerjain aku kan?”
Aku melengos , pura-pura tak peduli sambil menahan tawa dan langsung ngeloyor kedalam.
Haha , dia memang sengaja kukerjai . awal pertemuan saja sudah sangat menyebalkan . dan aku yakin kalau aku tak akan cocok dengannya .
aku melangkah dengan cepat kedalam kelas. Saat kulihat anak-anak sudah duduk rapi tanpa dosa di bangkunya masing-masing.
Aku baru sadar kalau tadi dia bertanya kelas IPS satu,dan itu artinya dia satu kelas denganku.
Satu kata yang terlintas dikepalaku,Musibah.!!
“ Ganteng..” gumam Amel,teman sebangku ku pelan sambil menopang dagu dengan kedua tangannya..
“ siapa? “ tanyaku malas sambil melirik Amel yang menatap takjub pada sesuatu..
“ itu..” aku mengikuti arah pandangannya dan ternyata ia sedang memandang Raka.
Matanya ke kanan dan kiri terus memperhatikan cowok yang tengah sibuk bersalaman dengan anak-anak itu. Sok akrab.
“ Hah,sinting. Cowok kayak gitu dibilang ganteng? “ aku tersenyum kecut.
Sejenak Amel memandang dengan tatapan aneh kepadaku.
“ heh,kalo yang ganteng tuh si…’’ Amel menghentikan perkataanku dengan membungkam mulutku.
“ kagak usah deh sebut nama si playboy cap ikan teri itu didepanku lagi. Udah ditinggalin masiiihhh aja di inget-inget “ Protes Amel.
        “tapi kan…” kembali Amel membungkam mulutku. Kali ini dengan buku yang dibawanya. Aku pura-pura manyun.
Sejenak kulirik makhluk menyebalkan yang baru saja disebut ‘ganteng’ oleh sahabatku yang kini kucurigai matanya minus 100 itu.
“nahh…ngelirik juga kan..” kata Amel sambil menyenggol pundakku.
“beda !! kamu ngelirik dia karena suka. Kalo aku, ngelirik dia karena … eeuuhh…ogah banget dah” tukasku sambil tetap melirik manusia yang dimaksud temanku itu.
Amel terkikik dengan suara pelan.
“gak usah terlalu benci , kemakan omongan baru tau rasa “ cibirnya.
 Raka menatapku sesaat ketika melintas disampingku.
Aku melengos. Sesaat tercium bau parfum Raka. Harum Rose . heran , masih aja ada cowok yang memakai parfum berbau Rose . aku tersenyum kecut .
“Oke , jadi bagaimana tugas dari Ibu kemarin ? ada yang bisa ? silahkan dikerjakan didepan.”
Bu Ine mempersilahkan, yang dipersilahkan diam saja. Yaa, soal-soal logaritma itu memang tak mudah. Semalaman aku berusaha mengerjakannya namun tak terpecahkan juga.
Setelah menulis soalnya dipapan , Bu ine mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas , memastikan ada seorang makhluk yang bisa mengerjakannya.
“Rena? “
Aku tersentak. Menggeleng pelan.
“tak adakah yang bisa ?” bu Ine memastikan dengan tampang Ya-Ini-Kelas-IPS-Maklum.
Aku masih mencoba memecahkan lagi ketika seseorang dengan langkah ringan berjalan kedepan.
RAKA ??
Begitu mudahnya ia mengerjakan , tangannya seperti bergerak otomatis.
Bahkan ia mengerjakan dengan caranya sendiri.
Anak-anak terpana melihat aksinya.
Dari situ , perang dimulai…
________

“Rakaa…pinjem catetannya dong”
“Raka cakeeppp , kok pinter banget sih”
“Raka kerumahku yuukk belajar bareng”
Yaa, sepertinya anak-anak telah terhipnotis oleh Raka.
Sudah sebulan semenjak kedatangannya disini. Dan sejak itu pula keadaan kelas berubah menyebalkan.
Entahlah , atau aku yang merasa dinomorduakan.
Dan yang lebih membuatku muak , sikapnya yang datar-datar saja jika ia dikerubuti cewek-cewek centil itu. Sungguh aktor profesional yang sok jual mahal .
Bagiku, dia adalah rivalku.
“ajarin yang ini dong Na..” kata Raka tanpa rasa bersalah sambil menunjuk satu nomor di buku soalnya.
Aku menatapnya tajam dan memilih untuk meninggalkannya. Selama ini memang aku tak pernah bersahabat dengannya.
Hey , dia rivalku !!
Kembali dia mencekal tanganku. Aku menoleh , kali ini kemarahanku sudah sampai diubun-ubun.
“kamu kenapa sih ? gak pernah baik sama aku ? aku salah apa sama kamu..”
Tanyanya. Aku tersenyum sinis. Sedikit bergetar hatiku. Entah kenapa.
“aku mau pulang. Lepasin !!”
Aku segera berlari ditengah guyuran hujan yang memang tak begitu deras.
Menunggu jemputanku.
Disaat seperti ini , hanya bisa menyesali kenapa jemputanku tak datang juga.
Sedangkan hujan makin menderas. Berdiri disini cukup lama membuaku kedinginan.
        “Hey , nunggu jemputan ya ?” tanya Raka yang tiba-tiba didepanku dan masih berada diatas motor Ninja-nya.
        “Bukan urusan kamu ! “ aku sedikit membentaknya .
        “Ayo naik , sekolah udah sepi.. kalo disini terus bisa masuk angin..”
Hahh ? Dia pikir aku mau begitu saja ?
Dasar cowok penjilat , kupikir dia sedang memperdayaku agar aku lengah dan dia bisa mengalahkanku ?
NEVER !!
Aku hanya diam , melengos . kulihat dia turun dari motornya dan memberiku jaket yang dia lepas.
Aku menolaknya sambil melirik kearah jalan raya . aku tak tau tawaran yang dilontarkan Raka hanyalah untuk sekedar menggodaku atau.. entahlah.
Kuputuskan untuk tidak menanggapi kelakuannya dan ingin cepat-cepat dia pergi dari sini.
        “kamu bisa masuk angin..”
Ia mencoba memakaikan jaketnya itu. Terang saja aku langsung menolaknya lagi.
        “enggak”
Raka menghela nafas panjang. Tanpa menunggu persetujuanku , ia memakaikan jaketnya lagi dan segera pergi sebelum aku sempat melemparkan jaketnya itu padanya .

________

Kupandangi jaket Cardigan biru yang tergantung dipintu dan masih sedikit basah itu dari tempat tidurku .
Bau parfum Raka mendadak menyebar ke seluruh ruangan kamarku .
Dan yang menjengkelkan , karena aku memakai jaket itu maka baunya juga melekat dibadanku . entah kenapa aku merasa dekat dengannya.
Aku masih berfikir kenapa dia masih saja bersikap baik padaku . padahal semua juga tau kalau aku selalu memasang tampang jutek jika berhadapan dengannya.
Aku mencoba menimbang-nimbang apakah kata ‘baik’ pantas untuk menilai cowok menyebalkan itu. Mungkin memang harus kuakui kalau Raka memang sangat baik selama ini , dan cukup manis.
Kemarin saat aku lupa membawa buku Ekonomiku yang harusnya ku kumpulkan saat itu , dia mengatakan kalau tak membawa buku juga .
Padahal pagi aku lihat dia sempat meminjamkan buku itu pada Amel .
Lalu kami harus keluar kelas selama satu jam , selama itu dia terus menawariku makan dikantin dan selama itu pula aku menolaknya .
Kurasa , dia memang baik .
Dan lagi , baru sebulan dia disekolahku , tapi penggemarnya sudah bejibun .
Sering kulihat adik kelas memberinya coklat atau sepucuk surat .
Namun sering juga kulihat dia membuang pemberian-pemberian itu.
Pintar , dan mungkin memang dia manis .
Apa ?? ah tidak ! kenapa aku ini .
Aku bahkan terlonjak mendengar kata hatiku sendiri . Sejak kapan aku menilai baik untuknya ?
Dadaku tiba-tiba berdebar . Aku menggelengkan kepalaku kuat-kuat.
Ini tidak boleh . dia kan rivalku. Dan lagi , dia tak sebaik Niko.
Niko dingin dan tak banyak bicara , sedangkan Raka sangat cerewet dan menjengkelkan .
Niko selalu membuatku tersenyum . Raka ? bahkan setiap hari kerjaanya selalu saja membuatku marah .
Hey , apakah aku baru saja membandingkan Niko dengan Raka ? atau sebenarnya aku membandingkan Raka dengan Niko ??
Aaahhh menyebalkan !!
Aku merutuki diriku sendiri yang sempat bersimpati pada Raka.
Rasanya aneh . tapi entahlah. Dia mungkin tak sebanding dengan Niko.
Ngomong-ngomong soal Niko , sudah beberapa lama ini aku tak melihatnya disekolah . dia kemana ya ?
Sempat aku tanpa sengaja melihatnya terlibat pembicaraan dengan Raka di perpustakaan . Kenapa mereka bisa saling mengenal dan terlihat sebegitu akrabnya ?
Entahlah , mungkin karena sama-sama pengunjung tetap perpustakaan .
Dan setelah itu , aku benar-benar tak pernah melihatnya lagi .
Apa dia meninggalkanku ??
Kupikir Niko selama ini tak pernah benar-benar meninggalkanku. Sudah setahun lebih dulu kami bersama , aku tau kalau dia sangat mencintaiku.
Mana mungkin tiba-tiba dia membenciku dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami ?
kata Amel , Niko pasti punya wanita lain yang baru . Hingga ia tega meninggalkanku .
Padahal aku masih sangat mencintainya . Bahkan hingga sekarang .
Tiba-tiba kesepian merasukiku . aku benci saat seperti ini , saat dimana aku merasa sendiri dan sepi.
Kalau sudah begini kadang aku bertanya-tanya , apakah Niko juga merasakan kesepian tanpa aku disana ? Kupikir tidak.
Dulu Niko pernah berkata bahwa akan selalu menemaniku , dan menyuruhku memejamkan mata atau melihat bintang ketika aku merindukannya saat dia tak bisa disampingku .
Sampai saat ini , aku masih melakukannya ketika aku merindukanya .
Aku melangkah kearah jendela kamarku yang masih terbuka.
Memandang jauh ke langit malam . Sambil merasakan belaian angin yang menjadi dingin.
“Langit malam ini begitu cerah Ko . pasti kamu dapat melihatnya dimanapun kamu berada . entah dimana kamu sekarang..”
Kataku lirih tanpa mengalihkan pandanganku dari langit sambil menggenggam kalung yang berliontin separuh hati dari Niko. Separuhnya lagi tentu Niko yang memakainya .
Kuarahkan pandanganku pada satu bintang paling terang . mungkin itu bintang Sirius.
“Dan malam ini aku pengin lihat bintang sama kamu . aku pengin ngitung bintang kayak dulu lagi Ko .” aku tersenyum ketika mengingat dulu Niko selalu saja menghitung bintang-bintang itu dan selalu lupa sampai berapa dia menghitung.
Ini konyol ! aku mengharap orang yang bahkan mungkin sudah melupakanku.
Setiap malam , selalu saja begini . memandang bintang sendirian .
Dan saat begini , masalalu selalu saja memperkosa prosesor dalam otakku dan dengan paksa menyeretku kemasa itu lagi .
Satu hal yang selalu kuyakini adanya , Niko tak akan pernah benar-benar menyakitiku dan menghancurkan hatiku.
Malam ini , aku kembali menangis…


________


Tidak ada komentar:

Posting Komentar