Kamis, 10 November 2011

cerpen : THE REASON part 2



       
Aku berjalan terburu-buru ketika keluar dari mobil dan berjalan menuju gerbang. Sudah sepi , pasti telat . kembali aku merutuki kebodohanku yang  lupa men’stel alarm wekerku .
Kulihat satpam sekolahku sudah mulai menutup gerbang , aku berlari kecil..
Namun suara barang jatuh menghentikan langkahku , aku menoleh kebelakang.
Kudapati Raka yang kerepotan memunguti alat lukisnya , hari ini memang ada praktek melukis . beberapa catnya bahkan tumpah dijalan .
Benar-benar ceroboh sekali anak itu .
Kupikir apa peduliku , kalau dia telat dan tak bisa masuk kelas malah akan membuatku senang kan ?
Aku kembali melangkah namun beberapa detik kemudian aku kembali terhenti.
Menoleh kebelakang dan memandang Raka yang masih sibuk membereskannya.
Lalu menoleh ke gerbang , kalau aku berlari pasti masih bisa masuk .
Menoleh ke Raka lagi , dan mendegus sebal ketika pilihanku ternyata menghampirinya.
Aku ikut memunguti cat-catnya yang berserakan tanpa melihat sang empunya.
        “Ceroboh banget sih !” kataku sambil terus membantunya.
        “Aduuhh habisnya tadi cepet-cepet sih..” jawabnya. Sempat kulirik tangannya yang belepotan cat. Ia memasukkan barang-barangnya kedalam tempat semula. Dan memasukannya ke tas.
        “Hahh ! gerbangnya udah ditutup !” katanya terkejut ketika menyadari gerbang sekolah sudah tak menyisakan celah untuk masuk.
Sedikit geli aku melihat ekspresi terkejutnya . Harus kuakui kalau dia manis . ah tidak , hanya sedikit manis saja .
Kulihat dia menghampiri pak Satpam dan sepertinya bernegosiasi.
Mukanya manyun , aku mengerutkan keningku melihat wajahnya . Kupilih untuk duduk ditrotoar samping gerbang sambil mengeluarkan permen karet dari dalam tasku lalu memasukannya kedalam mulut.
        “Kita telat ya , gak boleh masuk Na..” katanya sambil duduk disampingku . ia menunduk seperti menyesal.
        “aku udah tau kalo bakalan telat” kataku datar.
        “kok nggak pake motor ?” tanyaku.
        “iya , motorku dibengkel . pas berangkat bannya bocor , haduh. tadi naek bus jadi telat deh.. mana bangun telat lagi . trus belom sarapan , laper juga..”
        “Cerewet banget sih...” aku tersenyum kecut. Kubuat sedatar mungkin nada perkataannku.
Raka mengubah posisi duduknya . kini ia membelakangiku . tangannya menggaruk kepalanya , aku semakin gemas melihat tingkahnya itu.
        “Eh Na , makasih yaa..” ia berbalik dan tersenyum . bisa kulihat wajahnya yang memerah .
        “mukanya gak perlu merah kayak kepiting gitu kali..” aku masih mencoba berkata dengan datar sambil menahan tawa. Mengalihkan pandanganku darinya.
        “eh , masa ?” ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.
Kini aku yang membalikkan badan dan membelakanginya.
        ‘’Na…” panggil Raka sambil mencolekku . aku menoleh , matanya melirik kearah bis yang baru saja lewat.
        “mumpung telat , sekalian gak usah masuk aja yaa..” katanya ragu-ragu.
        “trus ? kalo jam segini sopirku lagi nggak dirumah..”
        “gak usah pulang. Kamu ikut aku aja..”
Aku memandangnya penuh selidik , mencoba membaca apa yang sedang ia pikirkan.
        “mau ngapain ? nunggu surat aja , ntar juga boleh masuk”
Raka mendengus.
        “udah..ikut aja..aku pengin nunjukin kamu sesuatu”
Kubuang rumput yang tadi kuambil , lalu memandang Raka penuh tanya.
        “ENGGAK !” jawabku penuh penekanan.
        “ayolahh…” rayu Raka dengan gaya yang membuatku mulas.
        “NGGAK” aku memalingkan muka darinya sambil menggeser dudukku.
        “satu kali ini aja yaa Rena..”
Kali ini Raka memasang tampang selucu mungkin sambil memegangi rumput yang diberikan padaku.
aku melengos , tak ingin Raka melihat bibirku yang tertarik sedikit keatas.
        “Selalu ada kesempatan kedua , ketiga , keempat dan seterusnya kan..”
Aku tergelak mendengar kata-kata Raka . kata yang sama , yang pernah diucapkan Niko saat dia melakukan kesalahan dan ingin aku memaafkannya.
Memandang Raka tak mengerti . sesaat hatiku seperti teriris .
Saat itu kulihat pak satpam membuka gerbang , aku segera meninggalkan Raka dan berlari kedalam sekolah.

        ________



Dulu aku paling benci kalau harus pergi ke Rumah Sakit , tapi sekarang aku malah berdiri didepan salah satu kamar tengah malam begini dan masih dengan piyama biruku.
Mataku masih tertuju pada sosok yang terbaring lemah di dalam kamar , semakin miris begitu melihat selang infus yang menjulur dari  tangan kirinya .
        “Dok , gimana putra saya ?” tanya Mamaku cemas begitu melihat dokter keluar kamar .
        “Putra ibu sudah tidak apa-apa , sudah membaik. Tapi masih perlu rawat inap untuk sementara waktu..”  dokter tersenyum.
Aku hanya memperhatikannya dari tempat dudukku . Sedangkan Papa berdiri dibelakang Mama dan ikut memasang wajah cemas . Sesekali mengeluarkan handphonenya dan bertelefon dengan seseorang , mungkin nenekku .
Setelah dokter pergi , keduanya masuk . kuikuti dari belakang .
Kakakku sepertinya tertidur . Kakak satu-satunya dan tadi telah berhasil membuat gempar rumahku pada tengah malam . dia sakit maagh , dan malam ini tiba-tiba ia berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya .
Kami panik dan langsung membawanya kerumah sakit .
                “kamu pulang aja , besok kan harus sekolah..”  Mama mengelus rambutku sambil tersenyum . aku hanya mengangguk .
Kalau bukan karena ulangan ekonomi besok , aku tak akan mau pulang malam ini .

Esoknya aku sudah berada dikoridor rumah sakit , berjalan sambil melihat orang-orang yang berlalu-lalang, masih dengan seragamku . Sambil menenteng kantong plastik yang berisi buah-buahan .
Sepulang sekolah aku langsung menuju Rumah sakit , tak sabar melihat keadaan kakakku satu-satunya .
Tapi langkahku terhenti begitu melihat Raka yang berjalan keruangan dokter.
Aku dengan cepat menyusulnya diam-diam , menunggu dibalik pohon dekat ruangan Raka masuk tadi , berjingkat mendekati ruangan itu lalu mengintip dari kaca yang kordennya tertutup tapi masih bisa kulihat dari sela-selanya yang terbuka .
Dokter memberikannya selembar kertas , sepertinya resep . Raka bersalaman dengan dokter .-
Sebelum dia keluar , aku segera pergi dari situ dengan langkah cepat .
Berlari memasuki kamar kakakku dan menutupnya , berharap Raka tak melihatku .
        “Kenapa Na?” aku terlonjak , kaget mendengar kakakku yang bertanya tiba-tiba . Kusambar botol air di meja samping tempat tidur kakak , lalu segera meminumnya .
        “ituh…tadi ketemu temenku di ruang dokter” kataku setelah cukup tenang.
        “dia sakit apa ?”
Aku sedikit terhenyak mendengar pertanyaan Kak Revan . apa jika seseorang kerumah sakit harus seorang pesakitan ?
Aku menggeleng pelan tanpa kentara.
Kubanting tubuhku ke sofa , menyalakan tivi tanpa melihatnya . Aku masih berfikir , kenapa Raka disitu ? apa dia sakit?
Kugelengkan kepalaku kuat-kuat , kenapa juga aku harus memikirkan cowok jayus yang nyebelin itu ?
Kucomot buah yang tadinya kubawakan untuk kak Revan , lalu menggigitnya.  Mengalihkan pandanganku ke kak Revan .
        ‘’udah baikan ya kak?’’ tanyaku sambil memperhatikan wajahnya yang mulai kelihatan cerah.
Ia mengangguk , turun dari tempat tidurnya dan menghampiriku .
        “besok paling udah boleh pulang” direbutnya anggur yang kupegang lalu memasukkannya kedalam mulutnya.
        “oiya , aku kemaren lihat temenmu lhoo . yang berantem sama kamu di gerbang  waktu aku nganterin kamu itu” katanya santai sambil melihat kearah televisi.
Aku masih mengingat-ingat orang yang kak Revan maksud.
        “itu..yang pake motor ninja merah. Tinggi , cakep ,”  sepertinya ia tau kalo aku tak berhasil mengingatnya .
Sedetik kemudian aku tau , itu Raka.
Lalu ingatanku kembali ke seminggu yang lalu , saat kak Revan mengantarkanku . Begitu aku keluar dari mobil hampir saja pengendara gila dengan motor ninja nya menabrakku kalau saja aku tak sigap menghindarinya.
“hey”  jeritku saat itu .
Kucekal dia , dan memaksanya turun dari motornya . ia hanya menatapku dengan wajah bingung . “kamu gak kenapa-kenapa kan ? abisnya kamu sih yang keluar dari mobil tiba-tiba..” kata Raka sambil melepas helmnya.
        “makanya , mata bukan ditaruh di dengkul..”  tegurku kesal.
        “udah , tapi kamu yang nggak hati-hati . kamu aja kali yang matanya ketinggalan dirumah…”  katanya enteng. Kukira itu sebuah ejekan.
Aku terbelalak mendengar perkataanya , kukepalkan kedua tanganku . maju mendekati Raka dan tiba-tiba saja aku menendang sekuat tenaga  paha Raka.
        “AAARRGHH..”
Jerit Raka yang ditelingaku terdengar seperti lolongan . ia mendekap selangkangannya sambil melompat-lompat kecil . aku pergi meninggalkannya sambil tersenyum penuh kemenangan . sempat kudengar kak Revan yang juga tertawa melihat Raka melompat-lompat .
Kembali ke kamar Rumah sakit . aku tersenyum kecil mengingat saat itu.
        “oohh Raka . kenapa kak ?” tanyaku.
        ‘Iya , jadi kemaren kakak lihat dia duduk di taman . malem-malem lho.. sendirian pula . dia sakit apa Na ?”
        “aku tadi kan juga ketemu sama dia kak…”  keningku berkerut.
        “oh yaa ?”
Aku mengangguk cepat . mengalihkan pandanganku dari kak Revan , lalu mengambil majalah dibawah meja , membuka tanpa berniat membacanya . pikiranku masih menerawang tentang Raka . apa yang dia lakukan disini ?
Mungkinkah dia seorang cleaning service ? tapi buat apa pula dia keruang dokter.
Kak Revan menyenggol bahuku , “hey , mikir ya ? wahhh..jangan-jangan kamu suka sama dia.. haha” spontan saja aku menoyor kepala kak Revan dengan sebal .
        “gila”
        “kamu yang gila Na”  balas kak Revan tak mau kalah . “kalo suka bilang ajaa.. gak usah malu-malu gitu…” saran kak Revan yang malah membuatku enegh sambil melemparkan anggur kearahku .
        “idihhh , nggak banget”
        “stay cool , kalo enggak yaudah dong.. santai aja kali” ujar nya berusaha menenangkanku .
Aku memilih untuk menyambar tasku dimeja dan hengkang dari kamar kak Revan sebelum aku berniat memutilasinya .
___________

Aku tak bisa mengerti kenapa hari ini aku bisa berdiri didepan pintu kelas begini menunggu si curut itu datang . bagaimanapun , pikiranku masih berkutat tentang kejadian waktu itu .
Ditambah lagi , kemarin dia tidak masuk tanpa keterangan . Kemana saja dia?
Tak biasanya dia bolos.. apa mungkin ?
Dadaku berdebar begitu melihat Raka berjalan dari koridor , wajahnya masih menyebalkan, masih dengan gayanya yang sok cuek pada cewek.
Hampir saja aku berniat masuk kelas sebelum sebuah suara menghentikan langkahku .
        “Rena..” sebuah suara cempreng yang datang dari makhluk menyebalkan itu . aku berbalik malas . Ada sedikit rasa senang dan lega begitu melihatnya .
        “nungguin aku yaa?”
Aku membelalakkan mata , pria dihadapanku ini memang sangat menyebalkan . aku yakin isi kepalanya sesember suaranya yang cempreng itu.
        “sorry yaa , apa kamu bilang ? demi celana Merlin , menunggu kamu sepertinya hal yang…err… NEVER ” kataku keberatan.
        ‘‘Lha trus kenapa disini ?” ujarnya dengan gaya menyebalkan.
        “suka-suka dong..”
        “waahh , nggak khawatir dong kalo aku nggak masuk sehari kemarin…” katanya pura-pura kecewa.
Disinilah , aku kira aku harus menanyakan tentang saat itu , apa dia benar-benar sakit atau..
        “err…kamu..kamu sa-“
Belum saja aku menyelesaikan perkataanku ,
        “aku nggak sakit kok..” kata Raka memotong ucapanku.
        “tap..”
        “beneran deh aku nggak sakit..” katanya mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf ‘V’.
Aku masih mencoba untuk berbicara.
        “hey..kam..”
        “naahh , kamu khawatir kan sama aku…” kini senyumnya melebar sambil memandangku dari sudut matanya.
Dia tetap tak memberiku celah untuk berbicara . aku mengernyitkan dahi.
Dia melompat kedepanku , membuatku mundur selangkah.
        “hehehee.. kamu gak usah khawatir . aku ba-“ kini giliran mulutnya yang kubungkam dengan tanganku.
        “heh curut , cerewet banget sih ? denger ya . aku gak khawatir sama kamu , gak usah GR deh.. tadi aku cuman mau bilang “sarap” bukan “sakit” . okee ? lain kali aku bakalan bawa stapless buad nyegel tuh mulut kalo nyerocoss lagi . udah , no comment” kulepaskan tanganku . dia masih diam sambil memandangku bingung.
Tanpa bicara lagi , aku segera menyambar buku Harry Potter yang tadi kuletakkan di bangku sampingku dan beralih ke bangkuku.
Kupikir , menanyakan keadaannya adalah ide buruk dan aku sudah tak berniat menanyakannya lagi .

Kulirik Raka , ia memainkan keypad handphonenya sambil sesekali menanggapi perkataan teman sebangkunya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar .
Melihat keadaannya yang seperti itu , sepertinya dia tak sakit .
Sedetik kemudian dia menoleh kearahku , mencoba tersenyum sambil melambaikan tangannya dan sepertinya mengucapkan ‘hai’ walau aku tak bisa mendengarnya dengan jelas dari sini .
Aku langsung melengos , apa-apaan bocah itu ? dia kira aku siapanya ?
Aku masih tetap rivalnya !!
Kuambil earphone dari tasku dan memasangnya ketelingaku , mencari lagu yang pas .
Ehmm mana ya ? ini dia . THE REASON !!
Im not a perfect person
There’s many thing I wish I didn’t do
Kupejamkan mata , mencoba menikmati lagu itu .
Sesaat terlintas bayangan Niko , berkelebat dalam pikiran .
Saat kami berdua masih bersama , duduk dipojok sebuah kafe dan mendengarkan lagu ini sambil menikmati secangkir coffeemilk.
But I continue learning
I never mean to do those thing to you
And now I’ve to say before I go
Aku bergumam lirih mengikuti lagunya dan masih tetap menutup mata .
Dan begitu aku membuka mata , aku terlonjak kaget ketika tau Raka sudah berada di bangku depanku , menghadapku sambil tetap tersenyum .
        “Kau…” kataku setengah menjerit karena kaget.
Dia kembali melambaikan tangannya .
Kubuka earphone yang masih menempel ditelingaku .
        “apa yang-“
        “aku juga mau dong dengerin lagu…” lagi-lagi dia memotong perkataanku.
Aku mendelik kearahnya.
Raka terkikik dengan suara pelan . Membuat lesung pipinya terlihat , aah aku paling suka saat dia tersenyum .
Haa ? apa ?
Aaa tidak tidak !! maksudku , lesung pipinya itu sangat tidak pas untuknya .
Err- kupikir dia sangat menyebalkan , ya ! sangat menyebalkan.
        “apa ??” tanyaku.
        “aku paling suka deh kalo kamu marah-marah gitu … kenapa sih marah terus ? aku salah apa ?” ia memajukan tempat duduknya mendekatiku. Kini ia memasang wajah serius.
        “Banyak’’
        “apa?”
        “nyebelin”
Dia mengangguk khidmat.
        “cerewet”
Mengangguk lagi.
        “selalu ngeganggu aku”
Setengah berfikir , tapi dia tetap mengangguk.
        “pinter”
Dia terlihat ingin protes , tapi kembali menutup mulutnya saat aku mendelik kearahnya.
        “sok tau”
Mengangguk dengan pasrah.
Aku terdiam , memikirkan lagi kesalahannya .
        “Na..” panggilnya pelan.
Aku tak menyahut , meneruskan membaca buku.
        “Na..” ia mengeraskan suaranya.
        “hemb..” jawabku , masih tidak melihatnya.
        “tapi kalo sayang sama kamu , salah nggak ?” tanyanya lirih.
Aku hampir tersedak ludahku sendiri , rahangku mengejang , seperti ada sesuatu yang asam di perutku ketika mendengar ia mengatakannya .
Begitu aku mengalihkan pandangannku dari buku , aku hanya melihat punggungnya yang menjauh keluar kelas .
Apa ?
Tadi dia bilang apa ? pasti pendengaranku salah.
Tapi… rasanya aku seperti merasa.. bahagia ?
Aa tidak , ini  hanya terkejut saja .
Kembali kupasang earphone dan melantun bersama lagu hoobastank.
And I just want you to know
I’ve found reason for me
To change who I use to be
A reason to start over new
And the reason is you..

________





Tidak ada komentar:

Posting Komentar