Jumat, 10 Agustus 2012

Rindu SMA, Senioritas dan Teori Kasta itu.




Entahlah, saat ini rasanya hanya ingin menulis, tanpa alasan yang jelas mengapa. Mungkin aku sedang merindukan saat itu, lagi. Seperti kemarin.


Untukmu, Untuknya, Untuk IPS Satu, dariku.


Sebelumnya bahkan aku tak pernah sedikitpun memikirkan akan merindukan hidup dengan keteraturan dan undang-undang dari sekolah yang mengikat kita setiap saat itu. Yang kadang aturan itu kita langgar, sedetik kemudian ada rasa bangga yang perlahan menguap karena telah melanggar aturan itu.


Aku sedikitpun tak pernah membayangkan akan berharap pada semesta untuk memutar balik sedikit haluannya agar aku bisa kembali merasakan sedikit atmosfer masa itu, bahkan walau hanya sebentar saja. Asalkan ada kamu, dia dan mereka.

Atau membayangkan pada suatu waktu, seperti saat ini, menangis sendirian ketika melihat foto-foto yang menggambarkan kegembiraan kita dulu. 


Lalu apa selanjutnya? Semua hal itu seperti kertas krep yang setelah sebuah perayaan meriah, ia akan berdebu, merana, lalu berjelaga. Tapi semua masih dan pasti akan terus terekam dalam memoriku.


Aku merindukan saat harus panas-panasan tiap hari senin pagi. Dan selalu saja ada salah satu korban yang harus berdiri didepan sepanjang upacara karena atribut tidak lengkap. Entah tidak ada topi, dasi atau ikat pinggang hitam. Dan kalau aku lagi lupa bawa topi, maka UKS jadi tempat yang tempat untuk sementara waktu menyembunyikan diri bersama Wenny, berbekal hidung yan digosok-gosok agar kelihatan merah.


Aku merindukan saat dihukum kakak kelas ketika MOS demi alasan kedisiplinan karena telat datang ketika hari pertama masuk sekolah.


Aku merindukan saat melewati kantin pojok dan menatap iri para senior yang ada disana, kantin itu, menjadi wilayah senior walaupun tak pernah ada aturan tertulis. Tapi sepertinya itu sudah membudaya. Sedangkan kami, para junior, mendapat jatah warung belakang Lab Biologi. 


Aku merindukan dibentak oleh senior (cewek) hanya karena aku memakai pin pemberian seniorku yang saat itu menjabat sebagai ketua OSIS (sekaligus pacarku).



Aku merindukan saat melarikan diri dari kelas bahasa Indonesia tanpa memperdulikan Bu Duriyatin yang ada di meja guru, kami tetap berlari keluar kelas lalu semenit kemudian kami sudah duduk di kantin dengan khidmatnya. Satu-satunya alasan kami melakukan hal itu adalah tuntutan perut yang harus segera dipenuhi.

Aku merindukan saat kutemukan beberapa manusia yang memiliki kadar idealisme sama denganku, berkumpul, dan akhirnya menjadi satu. Mereka ini, yang selalu menjunjung tinggi apa yang disebut persahabatan, senioritas dan kebersamaan.



Aku merindukan saat berdiri di tengah pintu kelas bersama Alfin dan Brienna ketika jam istirahat memperhatikan para junior yang berjalan seolah ada koin mereka yang terjatuh, sambil terkadang melempar senyum palsu dan mengangguk kearah kami, sekedar menghormati atau unsur cari muka. 

Aku merindukan saat menjadikan kantin pojok sebagai tempat angkringan dan berlagak sok berkuasa pada adik kelas dengan embel-embel ‘senior’ bersama Alfin, Riko, Brienna, Donna dan Erna. Adakalanya Alfin dan Riko menyeret adik kelas yang kami anggap ‘sok’, ke toilet depan kelas PKN dan menawari mereka untuk memberikan sedikit uang sakunya. Entahlah ini vandalisme atau anarkisme. 


Aku merindukan saat dilayani oleh para junior bermuka dua, junior tahun pertama yang mendapat gelar kacung, mereka ini, terkadang tanpa perintah mengambilkan makanan-makanan kami. Atau senyuman palsu dari para raja, yaitu para junior tahun kedua. Sudah mulai berani membantah ketika tahun kedua, tapi tetap menghormati kami, para dewa.



Aku merindukan saat harus berlari-lari dari parkiran menuju kelas Geografi setiap selasa, karena Pak Guru yang memang sangat disiplin dan aku yang kurang disiplin. Bagaimana beliau berkata “Kamu ini, langganan kok langganan telat”. Kalau beruntung, maka beliau akan langsung mempersilahkan duduk. Tapi kalau tidak...

Aku dan deviana dikelas geografi setelah ketahuan telat masuk. finally, dihukum presentasi.



Aku merindukan saat mengecat dinding kelas dengan warna hijau tosca dan menghiasnya ketika menjelang perayaan dies natalis sekolah. Mengecat sampai larut malam. Membuat mading 3D sebagai salah satu lomba antarkelas, memeras otak sampai berhari-hari untuk membuatnya. Dan ditutup dengan makan bersama dikelas yang disponsori oleh Bakri


Aku merindukan saat membuat janji kelingking untuk selalu bersama. memakai gelang persahabatan dari Hanggar dan Deviana. atau ketika menuliskan avatar dari setiap anggota.

Aku merindukan saat Pak Rudy (guru Penjas) menghukum untuk berlari mengelilingi lapangan basket 7kali karena ketahuan akan membolos. Endingnya, kami bertujuh terkapar di saat yang lain olahraga.



Aku merindukan saat beradu argumen dengan Riko mengenai filosofi persahabatan dalam hal per-absensi-an. Ia memintaku untuk tidak mencoret daftar hadirnya ketika ia tidak masuk, dan aku bersikukuh untuk mencoretnya. Bagaimanapun, aku tetap menjalankan tugasku dengan baik sebagai absensi selama 2tahun setelah anak-anak menobatkanku secara sepihak.


Aku merindukan  saat hiking, travelling, bersama sahabat-sahabatku.

Aku merindukan saat harus tidur dengan buku yang masih ditangan karena semalaman belajar untuk ulangan Sejarah atau Geografi.

Aku merindukan saat berlari ke fotocopy depan sekolahan sambil membawa buku bahasa jepang, dan mengopynya dengan memperkecilnya untuk persiapan ulangan nanti.


Aku telah merasakan menjadi 3 kasta itu. Menjadi kacung, raja dan dewa. Tak ada penyesalan, karena memang semua memberikanku banyak pembelajaran. Tentang menghormati, tentang kewibawaan, tentang kebersamaan dan tentang suatu hal mulia yang dinamakan persahabatan.


Untuk Bu Duriyatin, maaf kalau setahun itu kami menjengkelkan. Bahkan kami masih berani kabur ketika ibu melihat kami berleha-leha dihalaman tengah sambil memakan beberapa snack ketika kelas ibu berlangsung, lagi-lagi kami kabur.


Pak Edy Sugito, terimakasih untuk memberikan kepercayaan itu pada saya dan membimbing saya selama 3tahun itu. Tak pernah ada yang melebihi perhatian dan kepercayaan pak Edy.

Deviana, Pak Edy, Aku.



Bu Heny, maaf untuk keusilan kami saat tahun kedua itu. Saya rindu sekali petuah-petuah ibu yang terkadang berhasil mengubah kami untuk lebih baik. saya juga rindu senyum tulus ibu kepada kami setiap Rabu dan Jumat pagi.


Pak Bambang, saya sangat merindukan sesi debat yang selalu membuat seisi kelas gaduh itu lho. Kami selalu bersemangat ketika bapak mengajar, karena kami juga melihat semangat dan keikhlasan itu pada bapak setiap kali mengajar kami.


Bu Unik, saya juga mau minta maaf karena sering melalaikan tugas Ibu, tidak mendengarkan ibu ketika diterangkan, dan maaf juga atas daya pikir saya yang selalu LOW ketika di kelas ibu (Eko-Akun). 
aku, Deviana, Bu Unik, Hanggar.



Pak Panggih, kami tau, menjadi wali kelas IPS 1 bukan hal yang mudah. Tapi bapak selalu berusaha memberi yang terbaik bagi kami. Dapat saya lihat karena setiap pulang sekolah menjelang UN, bapak selalu meminta saya untuk memberi bantuan pada rekan saya yang bapak ragukan.

with Pak Panggih. walikelas saat kelas XII.


Pak Yitno, terimakasih juga untuk kepercayaan sebagaimana yang pak edy berikan kepada saya. Terimakasih untuk lagu-lagu mellow itu dan terimakasih untuk jam-jam kosong yang membuat kami bebas itu. J

aku, pak Yitno (english teacher), Deviana.



Pak Konichiwa, maaf untuk kejahilan kami yang mungkin sampai sekarang tidak bapak ketahui. Tentang bagaimana kami menyembunyikan spidol-spidol itu sebelum bapak memasuki kelas, bagaimana kami dengan usilnya berkali-kali bertanya tentang hal yang sama yang padahal sudah kami ketahui, bagaimana tangan-tangan terampil kami membuka lembaran salinan Hiragana-Katakana ketika ulangan harian, atau bagaimana Riko selalu membuat bapak marah dengan tingkah ambigunya.

Hanggar, Sensei Konichiwa, Deviana.



Dan untuk bapak-ibu Guru yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya disini. Begitu banyak kata maaf dan terimakasih yang kami ucapkan untuk berbagai hal. Atau mungkin untuk satu hal, yaitu ‘segalanya’.

Maaf untuk segalanya,

Dan terimakasih untuk segalanya.

Untuk IPS Satu, sekarang aku tak banyak tau dimana dan bagaimana kalian, tapi aku tetap dan akan terus percaya bahwa dalam hati kalian masing-masing, memori selama 2 tahun ini akan terus ada. Bagiku, kalianlah alasan dari apa yang kusebut “Masa terindahku adalah masa SMA”.

TERIMAKASIH, dariku.

Pergantian Jam. nongkrong dulu di halaman tengah sambil ngerjain tugas.
Deviana-Hanggar
waktu ngankring di samping warung pojok. tempat biasa.

with Naa. pasca graduating party. dan vespa merah.

kelulusan! bareng Hanggar, Elsa, Momo, Atika dan Aku.

mading 3D. Materpiece 'belom jadi' dari kelasku, R.I.S.

KELAS SEJARAH.

Alfin. Mangkal depan kelas Bhs.Inggris.

'gelang persahabatan. Hanggar, Deviana, Aku.

otw gunung Wilis.

antara Rasta, Jrs dan Ska

kelas penjas. dan masih sempet foto-foto.

alfin & me

Alfin. with different style. COOL MOMENT

Graduating Party
Graduating Party



big family of R.I.S







5 komentar:

  1. terlalu jujur...
    tapi yo gpp deh, kan wis lulus...wkwkwk
    hampir nangis gue bacanya :D <<< tapi kok emotikonnya ketawa

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gak gini, gabakal ngena sama apa yg dinamain kenakalan masa SMA :p
      harus sesuai judul dong. dan bakalan lebih banyak pro-kontra utk postingan ini.
      ada beberapa anarkisme disana, sebenernya :D

      Hapus
    2. paling-paling kelasku dulu seneng ngerjain pak Bambang-sensei... jam dinding sering diputer, biar cepet pulang.. dasar, padahal ak kan yo butuh belajar!!

      Hapus
    3. Ngerjain jangan yang nanggung, Mbeell..
      sekalian aja pas kelas bahasa Inggris speakernya dirusakin.
      atau nyembunyiin sepedanya sensei?
      boleh juga tuh kalo rak sepatu depan lab komputer sekali-kali dipindah ke samping warung mbak puk kalo anak-anak lagi didalem :p
      hahaha anarkis :D

      Hapus
    4. wah sorry yaa, saya bukan tipe orang seperti itu...wkwkwk
      sebenernya ngerjain pak Bambang-sensei itu saya gak setuju bangett... mungkin sih mereka gak butuh belajar bahasa Jepang, tapi akk butuh bangettt...wkwkwkwkwkkwkwkwkwkkkkk
      pak Sensei kan guru terbaikku... prok prok prok prok...

      Hapus