Bebaskan aku dari cekikan rindu ini, aku sulit mengambil
nafas,
Bebaskan aku dari sepi yang sedari tadi menggelayut di pintu
kamarku, aku benci bertemu dengannya, bahkan sekedar menyapanya.
Bebaskan aku dari alasan-alasan kenapa kita tak juga bertemu
pada satu titik,
Bebaskan aku dari sendiri yang mengintai dari balik tirai,
Bebaskan aku dengan sekali pelukmu.
Senin melemparkanku pada nihilmu
Seperti halaman buku yang ditutup tanpa pertemuan dari dua
tokoh utama
Seperti nada-nada sumbang pada lagu melankolis
Seperti remah roti yang dibiarkan berjelaga di meja teras
Dan hey, sepertinya aku sangat merindukanmu.
Aku baru tahu jika rindu bisa membuat seorang perempuan
menatap keluar jendela seharian,
Berharap nanti – pada suatu menit – kau datang dari salah
satu sudut itu, dengan senyummu.
Rindu seperti besi; ia akan berkarat jika kau membiarkannya
begitu saja, dan akan menghilang ketika kau mulai menempanya.
Rindu juga seperti musim dingin; jika terlalu lama, kau akan
gigil disana.
Rindu ini, sayang. Bahkan sudah hampir berkarat.
Bebaskan aku dari rindu ini.
Bebaskan aku dari musim dingin yang berkepanjangan dengan
hangat pelukmu.
Bebaskan aku dengan pelukmu. Itu saja.
Surabaya, 14 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar