Belakangan ini lagu yang paling kubenci adalah salah satu
lagu dari Nidji, sedikit penggalan liriknya kira –kira seperti ini:
Save me , oh save me..
Dari cinta yang
posesif.
Hey, apa yang salah dengan menjadi posesif?
Aku mulai berfikir mengenai itu. Menjadi posesif, bukanlah
suatu hal yang buruk. Memang segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,
seperti yang banyak dikatakan oleh ulama atau orang-orang tua yang kita anggap
bijak. Tapi menjadi posesif, dalam hal ini mungkin memiliki pacar yang posesif,
bukan hal yang buruk.
Stigma buruk sudah melekat pada mereka yang menobatkan diri
sebagai seorang posesif. Atau mungkin dinobatkan sendiri oleh orang terdekat
yang menganggap begitu. Ada suatu pandangan, seperti nilai yang mengkarak, pada
sebagian besar orang bahwa Over protective people is one of bad habbit, and
that must be change. Pandangan itu sedemikian umum dan menjadi pegangan bagi
sebagian besar orang, hingga ketika kita masuk ke dalam sebuah relasi, dengan
siapapun, kita akan tetap membawa stigma itu. Iya, mungkin benar kalau itu
kebiasaan buruk itu memang harus diubah, setidaknya itu benar bagi sebagian
orang. Tapi bagiku, bukan begitu.
coba sedikit keluar dari stigma itu. Fikirkan dari
pandanganmu, dari lensa yang kau pakai. Karena sebenarnya setiap orang punya
variasi lensanya untuk mengamati suatu hal. Tempatkan motion posesif itu di
tengah-tengah bilikmu, kemudian amati dari berbagai sisi. Akan ada suatu filter
yang menyaring informasi mengenai stigma itu jika kamu benar-benar
mengamatinya.
oke, sedikit melupakan tentang bagaimana risihnya diatur-atur. atau bagaimana gerahnya ketika dia bertanya macam-macam, seperti : sedang apa, sama siapa, dimana. itu beberapa pertanyaan klise yang sering diajukan oleh seorang posesif. tentunya dalam sekali message.
oke, sedikit melupakan tentang bagaimana risihnya diatur-atur. atau bagaimana gerahnya ketika dia bertanya macam-macam, seperti : sedang apa, sama siapa, dimana. itu beberapa pertanyaan klise yang sering diajukan oleh seorang posesif. tentunya dalam sekali message.
Kenapa seseorang bisa posesif? Pasti kamu akan tau
jawabannya.
Teringat pengalaman beberapa tahun yang lalu ketika mempunyai
seorang pacar yang suka mengatur-atur. Bahkan sampai hal kecil sekalipun.
Sangat tak suka jika aku berdekatan dengan lelaki lain, bahkan jika itu sahabat
baikku sekalipun. Dia seperti film marker yang mengkondisikan hidupku. Sejak
saat itu, aku mendedikasikan kata “posesif” untuknya. Dan akhirnya hal itu juga
yang membuatku memutuskan untuk meninggalkannya. Tanpa tau bahwa dia sebenarnya
sangat menyayangiku. Bahkan setelah putus, dia tetap menjadi dia yang
sewajarnya. Tetap menemaniku ke toko buku yang bisa sampai berjam-jam. Tetap
menyuruhku memakai jaket ketika pulang sekolah. Tetap mengantarkanku kerumahku
jika aku pulang malam sehabis bimbel. Dan tetap meninggalkan rapat OSISnya jika
aku memintanya menemaniku makan di kantin, itu akan sangat berpengaruh dengan
posisinya sebagai ketua OSIS.
Kadang realitas yang kita jalani berbenturan dengan apa yang
kita fikirkan. Itu juga tergantung dengan persepsi kita terhadap segala
sesuatunya. Jika kita mengkondisikan suatu hal menjadi good to pass, maka kaki
kita akan ringan melangkah. Dan sebaliknya.
Jadilah seorang penulis untuk benar-benar memahami tentang
berbagai sisi itu. Karena seorang penulis agaknya punya nilai lebih dalam hal
mengamati. Orang yang posesif ini, kadang merefleksikan dirinya pada pacarnya.
Bukan hal yang salah. Mereka merefleksikan itu, karena mereka yakin kalau itu
hal yang benar. Mereka mengekangmu, memarahimu ketika pergi tanpa pamit,
cemburu ketika kamu berdekatan dengan orang lain, itu karena rasa peduli.
Nggak pernah ada yang salah dengan orang yang posesif,
bagiku. Mereka hanya terlalu sayang. Dan siapa lagi yang harus berbangga ketika
mendapatkan pacar yang posesif ketika orang lain diselingkuhi? Ketika-katanya-
stok orang setia dimuka bumi ini hampir punah? Ketika banyak yang tidak
perhatian dengan pacarnya?
Bagiku, adalah kebanggaan mempunyai pacar yang posesif. Itu
tergantung bagaimana kita menyikapinya. Adakalanya mengajarinya untuk menjadi
lebih dewasa, karena posesif menandakan kurang dewasanya. Saat ia berbicara
atau mengatur , akan lebih baik untuk tidak menyela, menilai, dan
menjustifikasi. Hanya berikan perhatian, hadir dengan kesadaran penuh baginya. Karena
sebenarnya yang ia perlukan hanya, perhatian. dan ketika kamu berjauhan, hal yang sangat kamu rindukan darinya adalah bagaimana dia memperhatikanmu lebih dari orang lain.
Anyway, membuat tulisan ini seperti berbicara pada diriku
sendiri. Sedikit ucapan terimakasih mungkin layak disampaikan kepada pacarku,
yang selama setahun lebih ini tahan dengan sikap posesifku. Terimakasih untuk
kesabarannya. Terimakasih untuk genggaman tangannya ketika aku marah melihat
inboxmu yang kadang datang dari teman perempuanmu. Terimakasih, karena ketika
aku merasa bersalah karena sikapku, kamu bilang “posesif itu berarti kamu
sayang yang banget banget banget sama aku. Makasih ya jelek udah jadi posesif”.
Dia itu, membuatku bersyukur menjadi
seorang posesif.
Dan kamu, bersyukurlah jika ada seseorang yang posesif
disampingmu !
Dia hanya sangat menyayangimu.
bagus sekali walaupun aku gak paham . . . wkwkwkwkwkk
BalasHapusgimana bisa bilang bagus kalo ngga paha? haha
Hapusmakasih joy udah mampir..
gak paha? wkwkwkwkwk
Hapuskurang paham lebih tepatnya